Persahabatan
dan Perpisahan
Oleh : Reny Martiana
Suatu pagi Ibuku membangunkanku.
“Dennis bangun nak!!! Nanti kamu
bisa terlambat“, kata Ibuku membangunkan ku, dengan wajah yang masih mengantuk,
aku pun langsung menjawab;
“iya-iya
Bu Dennis bangun”.
Lalu
Ibu keluar dari kamarku dan aku langsung segera bergegas mandi. Selesai mandi
aku turun ke bawah untuk sarapan pagi bersama keluargaku, setelah itu aku berangkat
ke sekolah. Sesampainya disekolah aku sudah disapa oleh sahabat-sahabatku, yang
begitu banyak sekali. Namun sahabat terdekatku ada lima orang, yang diantaranya
bernama Dhika, Doni, Risky, indah, dan keyla. Kami sudah sangat lama berteman
jadi kami sudah sangat mengenal satu sama lainnya dari mulai masuk SMP kelas
satu hingga sampai sekarang kelas tiga SMP, kurang lebih sudah hampir tiga
tahun kami menjalin persahabatan ini.
“Hay
Dennis, sapa teman-temanku saat tibanya aku disekolah”.
“Hay
juga teman-teman,” jawabku sambil tersenyum.
Aku pun langsung saja menghampiri
mereka yang sedang bercanda gurau disalah satu bangku yang berada diteras
ruangan kelas kami.
“Tak
lama kemudian temanku yang bernama Indah mengajak kami untuk memasuki kelas,
karena bel tanda masuk sudah berbunyi”. Sesampainya dikelas aku duduk disebelah
dhika, dan lima menit kemudian guru kami datang. Ketika waktu istirahat aku
mengajak sahabat-sahabatku untuk ke kantin, ketika dikantin kami mengobrol
sambil memesan makanan. Sesudah 15 menit kami berada dikantin kami pun kembali
menuju ke ruangan kelas.
Waktu itu sempat terlintas dipikiran
kami bahwa tak lama lagi kita akan berpisah, karena kita sudah melaksanakan
Ujian Nasional (UN). Dan tinggal beberapa minggu sajalah kami berada disekolah
ini bersama-sama lagi.
Mengingat masa-masa selama kurang
lebih tiga tahun kami selalu bersama-sama dalam keadaan senang, suka, duka
sekalipun kita selalu melewatinya bersama. Terutama kejadian-k
ejadian masa lalu
yang pernah kami alami, kejadian yang menimpa Doni dan saya sendiri. Pertama,
kejadian yang menimpa teman kami yang bernama Doni ini. Saat itu kami tengah
asyik dengan permainan sepak bola yang kami sedang kami mainkan, karena sangat
asyik dan seru sekali kami bermain temanku Doni ini tidak sengaja terjatuh,
akibatnya celana yang tengah dipakainya itu robek cukup besar, Doni pun merasa
sangat malu terhadap teman-teman yang ada disekelilingnya itu, sehingga tak mau
bergerak sama sekali dan hanya bisa duduk terdiam ditempat. Di tengah-tengah
teman yang lain menertawakan dirinya, ada salah satu teman kami yang bernama
Risky datang menghampiri Doni dengan membawa sebuah celana yang ia bawa dari
rumah dan langsung saja celana itu ia berikan kepada Doni. Doni pun langsung
bergegas pergi ke kamar mandi untuk mengganti celananya yang robek tadi. Itulah
salah satu yg termasuk kejadian lucu yg dialami oleh sahabat kami yaitu Doni.
Kejadian kedua, yaitu menimpa diri
saya sendiri, pada saat itu ketika kami hendak mengambil sebuah mangga
dihalaman rumah Indah, saat itu memutuskan untuk memanjat pohon itu, awalnya
semua berjalan baik-baik saja, tetapi tiba-tiba saya mendengar bunyi “krakk,,
krakk,, krakk” dan setelah saya perhatikan bunyi tersebut ternyata ranting
pohon yang saya injak patah dengan seketika saya terjatuh dari pohon mangga
itu. Aku pun seketika terdiam tidak bisa berbicara satu katapun, namun inilah
gunanya seorang sahabat mereka langsung menghampiri ku dan menolongku, kemudian
dibawalah aku masuk ke dalam rumah Indah untuk segera diobati atau dikusuk
bagian tubuh yang terkilir karena jatuh tadi, kebetulan ibunya Indah adalah
seorang dukun pijat. Inilah satu kejadian yang terkesan dan tidak pernah bisa
aku lupakan.
“Dan
tiba-tiba saja ditengah-tengah kami sedang menceritakan pengalaman-pengalaman
itu, salah seorang sahabat kamiyang bernama Keyla berkata teman-teman tinggal
beberapa hari lagi kita bisa bersama-sama disekolah ini”. Dhika pun menjawab
“iya betul teman-teman!”. Jadi apa yang harus kita lakukan, kata Dhika kembali.
Indah pun langsung menjawab
bagaimana kalau kita melakukan suatu kegiatan yang tidak bisa kita lupakan saat
berpisah nanti, tapi kegiatan apa itu? Tanya Risky kepada kami semua. Tenang
saja jawabku, aku mempunyai sebuah ide yang menurutku cukup bagus. Bagaimana
kalau kita membuat kejutan kepada Ibu guru atau wali kelas kita, ibu Rahmawati
namanya, kebetulan besok adalah hari ulang tahunnya, jadi kita diam-diam
merayakannya besok dikelas dengan cara memberinya sebuah kejutan atau surprise.
Dan semua sependapat dengan ide yang kuberikan tersebut.
“Aku,
Dhika, Doni, dan Risky sepulang dari sekolah langsung saja pergi menuju sebuah
kios didekat sekolah untuk membeli semua bahan-bahan yang dibutuhkan untuk
menghias kelas. Setelah semua bahan sudah kami dapat, kamipun langsung
kesekolah menuju kelas kami untuk memasang pernak-pernik penghias kelas. Dengan
dibantu teman-teman lainnya, Aku, Dhika, Doni, dan Risky tidak terlalu lama
menyiapkannya.
“Sementara
itu sahabat kami Indah dan juga Keyla, serta teman-teman perempuan lainnya
pergi ke sebuah toko roti dan toko sepatu, untuk membeli sebuah roti ulang
tahun untuk ibu Rahmawati dan juga membeli sebuah hadiah sepatu yang mungkin
harganya tidak mahal”. Tidak lama kemudian mereka datang membawa roti dan
hadiah sepatunya.
Keesokan harinya tibalah hari yang
kami tunggu-tunggu. Aku bangun sangat pagi tidak seperti biasanya yang selalu
dibangunkan oleh ibuku. Karena aku sudah tidak sabar ingin cepat-cepat pergi ke
sekolah bertemu dengan sahabat-sahabatku. Sesampainya disekolah kemudian aku
langsung menjumpai sahabat-sahabatku dengan penuh rasa gembira dan juga senang.
Tidak begitu lama kami duduk-duduk diteras kelas kami, bel pun berbunyi kami langsung
saja memasuki ruangan kelas dan menyiapkan kejutan yang akan kami berikan
kepada ibu Rahmawati, tidak lama kemudian wali kelas kami pun datang. Ketika
ibu Rahmawati hendak membuka pintu, kami langsung saja menyanyikan lagu selamat
ulang tahun kepadanya dan juga meberinya sebuah hadiah. Ibu Rahmawati terlihat
terharu dan bahagia atas apa yang telah kami lakukan. Kami pun merasa cukup
senang, karena inilah hal atau sesuatu yang bisa kami lakukan ditengah
menjelangnya hari perpisahan sekolah nanti.
Dan kinilah tiba saatnya dimana hari
perpisahan itu terjadi. Kami semua sangat amat bersedih sekali dan kami saling
bertanya, apakah kita bisa tetap bersama lagi ataukah malah sebaliknya?, aku
pun tidak tahu itu. Kita tidak boleh melupakan sahabat-sahabat kita nanti,
karena kita sudah seperti saudara, sudah, senang ataupun bahagia kita selalu
bersama. Kita harus optimis bahwa perpisahan sekolah ini tidak akan menjadikan
persahabatan kita terhenti. Dan bila saja suatu saat kita berjumpa, aku
berharap kalian masih sama seperti saat ini. Dan tidak ada yang berubah
sedikitpun dari sifat dan sikap kalian.
Setelah beberapa bulan kami menjalani perpisahan sekolah SMP kami, aku pun
ingin berkunjung kekampung halaman nenek. Tepatnya diperkampungan terpencil
yang sangat jauh letaknya, tak berapa lama kemudian kami sekeluarga pun
langsung berkemas barang-barang yang akan dibawa dan langsung saja berangkat
kerumah nenek. Sesampinya kami dirumah nenek kami pun langsung beristirahat
sejenak melepaskan lelah selama diperjalanan tadi. Setelah sekitar dua atau
tiga hari saya berada dirumah nenek tepatnya diperkampungan nenek, saya
mendengar bahwa ada isu tentang akan berkunjungnya Bapak Pemerintahan daerah
setempat.
Waktu istrahat telah berakhir.
Keringat yang leleh telah usai diseka. Dahaga tiada lagi terasa. Perut tak lagi
merasa sakit karena kelaparan. Tenaga baru kembali pulih. Masing-masing siap
melanjutkan pekerjaan besar yang membutuhkan kesungguhan ini. Peduduk Desa
kembali ke tempat kerja masing-masing dengan perasaan senang.
Tak lama berselang datanglah Pak
Camat. Kali ini ia datang sendiri saja dengan mengendarai sepeda motor. Pada
hari libur seperti ini ia menyempatkan diri datang ke desa yang diharapkan
menjadi desa percontohan bagi desa-desa lain didalam wilayah kecamtannya.
Di pendapa, diatas tikar plastik,
Pak Kades bercakap-cakap dengan Pak Camat. Sebagai pelengkap, dihadapan mereka
tersedia hidangan yang sama percis dengan yang dimakan oleh penduduk; airputih,
gula merah, dan singkong rebus. Tak ada rokoknya karena memang mereka tidak
merokok.
Pak Camat membuka perbincangan
dengan mengajukan pertanyaan, “ hal apalagi yang dapat kami bantu, Pak?” Pak
Kades tidak nalu menyebutkan sejumlah permintaan. Ucapnya, “ bibit pohon
pepaya, sarana air bersih, bibit ikan dan kendaraan pengeras jalan. Batu-batu yang
kami tata belum rata, Pak.”
Pak Camat tersenyum mendengar
sederet permintaan itu. Selanjutnya, Pak Kades membuka suara lagi untuk
menjelaskan permintaan itu satu persatu.
“Bibit pepaya akan kami tanam
disetiap pekarangan penduduk. Tanaman yang mudah, murah, dan amat berfaedah itu
biarlah menambah rimbun lingkungan pekarangan. Buah pepaya yang banyak
mengandung vitamin A itu kami harap dapat menambah nilai dan kadar gizi makanan
bagi masyarakat,” kata Pak Kades pelan. Bapak camat yang berwajah ramah ini
mendengarkan dengan penuh kesungguhan. Sesekali menganggukkan kepalanya. Tanpa
mengurangi kesungguhannya mendengar kata-kata Pak Kades, Pak Camat mengambil
sepotong singkong rebus untuk dicicipi. Setelah itu, ia meneguk air putih yang
telah tertuang didalam gelas yang bersih.
Pak Kades melanjutkannya, “ untuk
sarana air bersih, kami merencanakan membangun bak-bak penampungan air bagi
masyarakat umum. Untuk mewujudkannya, kami memerlukan pipa yang cukup panjang
guna mengalirkan air dari sumber disebelah barat kampung kami in. Kebutuhan air
bersih ini kami anggap mendesak. Di desa kami ini telah banyak sumur. Namun,
perlu kiranya diketahui bahwa hampir separuh dari jumlah sumur yang ada ituakan
kering kerontang pada musim kemarau. Sumur yang masih ada sedikit airnya hanya
dapat diambil beberapa timba diwaktu pagi hari. Akibat dari semua itu,
masyarakat terpaksa berbondong-bondong dan berjalan cukup jauh menuju ke tempat
sumber air itu hanya untuk memperoleh satu atau dua jerigen air bersih yang
akan diminum serta dipergunakan untuk masak.” Demikianlah
semua perkataan Pak Kades dengan jelas.
Setelah
cukup lama mereka berbincang-bincang, tak lama kemudian Pak Camat berpamitan untuk segera pulang atau segera
kembali ke dinasnya. Dan perkataan terakhir Pak Camat, ia berkata baiklah saya
akan mengusahakan apa-apa yang Pak Kades ungkapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar