Rabu, 26 Oktober 2016

Cerpen " Persahabatan dan Perpisahan " Oleh Reny Martiana





Persahabatan dan Perpisahan
Oleh : Reny Martiana

Suatu pagi Ibuku membangunkanku.
            “Dennis bangun nak!!! Nanti kamu bisa terlambat“, kata Ibuku membangunkan ku, dengan wajah yang masih mengantuk, aku pun langsung menjawab;
“iya-iya  Bu Dennis bangun”.
Lalu Ibu keluar dari kamarku dan aku langsung segera bergegas mandi. Selesai mandi aku turun ke bawah untuk sarapan pagi bersama keluargaku, setelah itu aku berangkat ke sekolah. Sesampainya disekolah aku sudah disapa oleh sahabat-sahabatku, yang begitu banyak sekali. Namun sahabat terdekatku ada lima orang, yang diantaranya bernama Dhika, Doni, Risky, indah, dan keyla. Kami sudah sangat lama berteman jadi kami sudah sangat mengenal satu sama lainnya dari mulai masuk SMP kelas satu hingga sampai sekarang kelas tiga SMP, kurang lebih sudah hampir tiga tahun kami menjalin persahabatan ini.
“Hay Dennis, sapa teman-temanku saat tibanya aku disekolah”.
“Hay juga teman-teman,” jawabku sambil tersenyum.
            Aku pun langsung saja menghampiri mereka yang sedang bercanda gurau disalah satu bangku yang berada diteras ruangan kelas kami.
“Tak lama kemudian temanku yang bernama Indah mengajak kami untuk memasuki kelas, karena bel tanda masuk sudah berbunyi”. Sesampainya dikelas aku duduk disebelah dhika, dan lima menit kemudian guru kami datang. Ketika waktu istirahat aku mengajak sahabat-sahabatku untuk ke kantin, ketika dikantin kami mengobrol sambil memesan makanan. Sesudah 15 menit kami berada dikantin kami pun kembali menuju ke ruangan kelas.
            Waktu itu sempat terlintas dipikiran kami bahwa tak lama lagi kita akan berpisah, karena kita sudah melaksanakan Ujian Nasional (UN). Dan tinggal beberapa minggu sajalah kami berada disekolah ini bersama-sama lagi.
            Mengingat masa-masa selama kurang lebih tiga tahun kami selalu bersama-sama dalam keadaan senang, suka, duka sekalipun kita selalu melewatinya bersama. Terutama kejadian-k
ejadian masa lalu yang pernah kami alami, kejadian yang menimpa Doni dan saya sendiri. Pertama, kejadian yang menimpa teman kami yang bernama Doni ini. Saat itu kami tengah asyik dengan permainan sepak bola yang kami sedang kami mainkan, karena sangat asyik dan seru sekali kami bermain temanku Doni ini tidak sengaja terjatuh, akibatnya celana yang tengah dipakainya itu robek cukup besar, Doni pun merasa sangat malu terhadap teman-teman yang ada disekelilingnya itu, sehingga tak mau bergerak sama sekali dan hanya bisa duduk terdiam ditempat. Di tengah-tengah teman yang lain menertawakan dirinya, ada salah satu teman kami yang bernama Risky datang menghampiri Doni dengan membawa sebuah celana yang ia bawa dari rumah dan langsung saja celana itu ia berikan kepada Doni. Doni pun langsung bergegas pergi ke kamar mandi untuk mengganti celananya yang robek tadi. Itulah salah satu yg termasuk kejadian lucu yg dialami oleh sahabat kami yaitu Doni.
            Kejadian kedua, yaitu menimpa diri saya sendiri, pada saat itu ketika kami hendak mengambil sebuah mangga dihalaman rumah Indah, saat itu memutuskan untuk memanjat pohon itu, awalnya semua berjalan baik-baik saja, tetapi tiba-tiba saya mendengar bunyi “krakk,, krakk,, krakk” dan setelah saya perhatikan bunyi tersebut ternyata ranting pohon yang saya injak patah dengan seketika saya terjatuh dari pohon mangga itu. Aku pun seketika terdiam tidak bisa berbicara satu katapun, namun inilah gunanya seorang sahabat mereka langsung menghampiri ku dan menolongku, kemudian dibawalah aku masuk ke dalam rumah Indah untuk segera diobati atau dikusuk bagian tubuh yang terkilir karena jatuh tadi, kebetulan ibunya Indah adalah seorang dukun pijat. Inilah satu kejadian yang terkesan dan tidak pernah bisa aku lupakan.
“Dan tiba-tiba saja ditengah-tengah kami sedang menceritakan pengalaman-pengalaman itu, salah seorang sahabat kamiyang bernama Keyla berkata teman-teman tinggal beberapa hari lagi kita bisa bersama-sama disekolah ini”. Dhika pun menjawab “iya betul teman-teman!”. Jadi apa yang harus kita lakukan, kata Dhika kembali.
            Indah pun langsung menjawab bagaimana kalau kita melakukan suatu kegiatan yang tidak bisa kita lupakan saat berpisah nanti, tapi kegiatan apa itu? Tanya Risky kepada kami semua. Tenang saja jawabku, aku mempunyai sebuah ide yang menurutku cukup bagus. Bagaimana kalau kita membuat kejutan kepada Ibu guru atau wali kelas kita, ibu Rahmawati namanya, kebetulan besok adalah hari ulang tahunnya, jadi kita diam-diam merayakannya besok dikelas dengan cara memberinya sebuah kejutan atau surprise. Dan semua sependapat dengan ide yang kuberikan tersebut.
“Aku, Dhika, Doni, dan Risky sepulang dari sekolah langsung saja pergi menuju sebuah kios didekat sekolah untuk membeli semua bahan-bahan yang dibutuhkan untuk menghias kelas. Setelah semua bahan sudah kami dapat, kamipun langsung kesekolah menuju kelas kami untuk memasang pernak-pernik penghias kelas. Dengan dibantu teman-teman lainnya, Aku, Dhika, Doni, dan Risky tidak terlalu lama menyiapkannya.
“Sementara itu sahabat kami Indah dan juga Keyla, serta teman-teman perempuan lainnya pergi ke sebuah toko roti dan toko sepatu, untuk membeli sebuah roti ulang tahun untuk ibu Rahmawati dan juga membeli sebuah hadiah sepatu yang mungkin harganya tidak mahal”. Tidak lama kemudian mereka datang membawa roti dan hadiah sepatunya.
            Keesokan harinya tibalah hari yang kami tunggu-tunggu. Aku bangun sangat pagi tidak seperti biasanya yang selalu dibangunkan oleh ibuku. Karena aku sudah tidak sabar ingin cepat-cepat pergi ke sekolah bertemu dengan sahabat-sahabatku. Sesampainya disekolah kemudian aku langsung menjumpai sahabat-sahabatku dengan penuh rasa gembira dan juga senang. Tidak begitu lama kami duduk-duduk diteras kelas kami, bel pun berbunyi kami langsung saja memasuki ruangan kelas dan menyiapkan kejutan yang akan kami berikan kepada ibu Rahmawati, tidak lama kemudian wali kelas kami pun datang. Ketika ibu Rahmawati hendak membuka pintu, kami langsung saja menyanyikan lagu selamat ulang tahun kepadanya dan juga meberinya sebuah hadiah. Ibu Rahmawati terlihat terharu dan bahagia atas apa yang telah kami lakukan. Kami pun merasa cukup senang, karena inilah hal atau sesuatu yang bisa kami lakukan ditengah menjelangnya hari perpisahan sekolah nanti.
            Dan kinilah tiba saatnya dimana hari perpisahan itu terjadi. Kami semua sangat amat bersedih sekali dan kami saling bertanya, apakah kita bisa tetap bersama lagi ataukah malah sebaliknya?, aku pun tidak tahu itu. Kita tidak boleh melupakan sahabat-sahabat kita nanti, karena kita sudah seperti saudara, sudah, senang ataupun bahagia kita selalu bersama. Kita harus optimis bahwa perpisahan sekolah ini tidak akan menjadikan persahabatan kita terhenti. Dan bila saja suatu saat kita berjumpa, aku berharap kalian masih sama seperti saat ini. Dan tidak ada yang berubah sedikitpun dari sifat dan sikap kalian.
            Setelah beberapa bulan kami  menjalani perpisahan sekolah SMP kami, aku pun ingin berkunjung kekampung halaman nenek. Tepatnya diperkampungan terpencil yang sangat jauh letaknya, tak berapa lama kemudian kami sekeluarga pun langsung berkemas barang-barang yang akan dibawa dan langsung saja berangkat kerumah nenek. Sesampinya kami dirumah nenek kami pun langsung beristirahat sejenak melepaskan lelah selama diperjalanan tadi. Setelah sekitar dua atau tiga hari saya berada dirumah nenek tepatnya diperkampungan nenek, saya mendengar bahwa ada isu tentang akan berkunjungnya Bapak Pemerintahan daerah setempat.
            Waktu istrahat telah berakhir. Keringat yang leleh telah usai diseka. Dahaga tiada lagi terasa. Perut tak lagi merasa sakit karena kelaparan. Tenaga baru kembali pulih. Masing-masing siap melanjutkan pekerjaan besar yang membutuhkan kesungguhan ini. Peduduk Desa kembali ke tempat kerja masing-masing dengan perasaan senang.
            Tak lama berselang datanglah Pak Camat. Kali ini ia datang sendiri saja dengan mengendarai sepeda motor. Pada hari libur seperti ini ia menyempatkan diri datang ke desa yang diharapkan menjadi desa percontohan bagi desa-desa lain didalam wilayah kecamtannya.
            Di pendapa, diatas tikar plastik, Pak Kades bercakap-cakap dengan Pak Camat. Sebagai pelengkap, dihadapan mereka tersedia hidangan yang sama percis dengan yang dimakan oleh penduduk; airputih, gula merah, dan singkong rebus. Tak ada rokoknya karena memang mereka tidak merokok.
            Pak Camat membuka perbincangan dengan mengajukan pertanyaan, “ hal apalagi yang dapat kami bantu, Pak?” Pak Kades tidak nalu menyebutkan sejumlah permintaan. Ucapnya, “ bibit pohon pepaya, sarana air bersih, bibit ikan dan kendaraan pengeras jalan. Batu-batu yang kami tata belum rata, Pak.”
            Pak Camat tersenyum mendengar sederet permintaan itu. Selanjutnya, Pak Kades membuka suara lagi untuk menjelaskan permintaan itu satu persatu.
            “Bibit pepaya akan kami tanam disetiap pekarangan penduduk. Tanaman yang mudah, murah, dan amat berfaedah itu biarlah menambah rimbun lingkungan pekarangan. Buah pepaya yang banyak mengandung vitamin A itu kami harap dapat menambah nilai dan kadar gizi makanan bagi masyarakat,” kata Pak Kades pelan. Bapak camat yang berwajah ramah ini mendengarkan dengan penuh kesungguhan. Sesekali menganggukkan kepalanya. Tanpa mengurangi kesungguhannya mendengar kata-kata Pak Kades, Pak Camat mengambil sepotong singkong rebus untuk dicicipi. Setelah itu, ia meneguk air putih yang telah tertuang didalam gelas yang bersih.
            Pak Kades melanjutkannya, “ untuk sarana air bersih, kami merencanakan membangun bak-bak penampungan air bagi masyarakat umum. Untuk mewujudkannya, kami memerlukan pipa yang cukup panjang guna mengalirkan air dari sumber disebelah barat kampung kami in. Kebutuhan air bersih ini kami anggap mendesak. Di desa kami ini telah banyak sumur. Namun, perlu kiranya diketahui bahwa hampir separuh dari jumlah sumur yang ada ituakan kering kerontang pada musim kemarau. Sumur yang masih ada sedikit airnya hanya dapat diambil beberapa timba diwaktu pagi hari. Akibat dari semua itu, masyarakat terpaksa berbondong-bondong dan berjalan cukup jauh menuju ke tempat sumber air itu hanya untuk memperoleh satu atau dua jerigen air bersih yang akan diminum serta dipergunakan untuk masak.”   Demikianlah semua perkataan Pak Kades dengan jelas.
Setelah cukup lama mereka berbincang-bincang, tak lama kemudian Pak Camat  berpamitan untuk segera pulang atau segera kembali ke dinasnya. Dan perkataan terakhir Pak Camat, ia berkata baiklah saya akan mengusahakan apa-apa yang Pak Kades ungkapkan.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar